Rasulullah saw. sangat penyayang
terhadap anak-anak, baik terhadap anak sendiri maupun anak orang lain. Abu
Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. mencium Hasan bin
Ali dan di dekatnya ada Al-Aqra’ bin Hayis At-Tamimi sedang duduk. Ia kemudian
berkata, “Aku memiliki sepuluh orang anak, tapi tidak pernah aku mencium
seorang pun dari mereka.” Rasulullah saw. segera memandang kepadanya dan
berkata, “Barangsiapa yang tidak mengasihi, maka ia tidak akan dikasihi.”
Begitulah Rasulullah saw. bersikap.
Secara halus beliau mengajarkan kepada kita untuk memperhatikan anak-anak.
Karena itu, setiap sikap yang bertolak belakang dengan apa-apa yang dicontohkan
oleh Rasulullah saw., adalah bentuk kejahatan kepada anak-anak. Setidak ada ada
empat jenis kejahatan yang kerap dilakukan orang tua terhadap anaknya.
Kejahatan pertama: memaki dan menghina anak
Bagaimana orang tua dikatakan
menghina anak-anaknya? Yaitu ketika seorang ayah menilai dan mengungkap kekurangan
anaknya. Terutama, jika itu dilakukan di hadapan teman-teman si anak. Termasuk
dalam kategori ini adalah memberi nama kepada si anak dengan nama yang buruk.
Seorang lelaki penah mendatangi Umar bin Khattab seraya mengadukan kedurhakaan
anaknya. Umar kemudian memanggil putra orang tua itu dan menghardiknya atas
kedurhakaannya. Tidak lama kemudan anak itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin,
bukankah sang anak memiliki hak atas orang tuanya?” “Betul,” jawab Umar.
“Apakah hak sang anak?” “Memilih calon ibu yang baik untuknya, memberinya nama
yang baik, dan mengajarkannya Al-Qur’an,” jawab Umar. “Wahai Amirul Mukminin,
sesungguhnya ayahku tidak melakukan satu pun dari apa yang engkau sebutkan.
Adapun ibuku, ia adalah wanita berkulit hitam bekas hamba sahaya orang majusi;
ia menamakanku Ju’lan (kumbang), dan tidak mengajariku satu huruf pun dari
Al-Qur’an,” kata anak itu. Umar segera memandang orang tua itu dan berkata
kepadanya, “Engkau datang untuk mengadukan kedurhakaan anakmu, padahal engkau
telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Engkau telah berbuat buruk
kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu.”
Kejahatan kedua: pilih kasih
Memberi lebih kepada anak kesayangan
dan mengabaikan anak yang lain adalah bentuk kejahatan orang tua kepada
anaknya. Sikap ini menjadi salah satu faktor pemicu putusnya hubungan
silaturrahmi anak kepada orang tuanya dan pangkal dari permusuhan antar
saudara. Nu’man bin Basyir bercerita, “Ayahku menginfakkan sebagian
hartanya untukku. Ibuku –’Amrah binti Rawahah—kemudian berkata, ‘Saya tidak
suka engkau melakukan hal itu sebelum menemui Rasulullah.’ Ayahku kemudian
berangkat menemui Rasulullah saw. sebagai saksi atas sedekah yang diberikan
kepadaku. Rasulullah saw. berkata kepadanya, ‘Apakah engkau melakukan hal ini
kepada seluruh anak-anakmu?’ Ia berkata, ‘Tidak.’ Rasulullah saw. berkata,
‘Bertakwalah kepada Allah dan berlaku adillah kepada anak-anakmu.’ Ayahku
kemudian kembali dan menarik lagi sedekah itu.” (HR. Muslim dalam Kitab
Al-Hibaat).
Kejahatan ketiga: mendoakan keburukan bagi si anak
Abu Hurairah r.a. berkata bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Ada tiga doa yang dikabulkan: doa orang yang
teraniaya, doa musafir, dan doa (keburukan) orang tua atas anaknya.” (HR.
Tirmidzi dalam Kitab Birr wash Shilah) Coba simak kisah ini. Seseorang pernah
mengadukan putranya kepada Abdullah bin Mubarak. Abdullah bertanya kepada orang
itu, “Apakah engkau pernah berdoa (yang buruk) atasnya.” Orang itu menjawab,
“Ya.” Abdullah bin Mubarak berkata, “Engkau telah merusaknya.”
Kejahatan keempat: tidak memberi pendidikan kepada
anak
Tidak
memberikan pendidikan yang baik dan maksimal adalah bentuk kejahatan orang tua
terhadap anak. Dan segala kejahatan pasti berbuah ancaman yang buruk bagi
pelakunya. Perintah untuk mendidik anak adalah bentuk realisasi iman. Perintah
ini diberikan secara umum kepada kepala rumah tangga tanpa memperhatikan latar
belakang pendidikan dan kelas sosial. Setiap ayah wajib memberikan pendidikan
kepada anaknya tentang agamanya dan memberi keterampilan untuk bisa mandiri dalam
menjalani hidupnya kelak. Jadi, berilah pendidikan yang bisa mengantarkan si
anak hidup bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
Adalah
sebuah bentuk kejahatan terhadap anak jika ayah-ibu tenggelam dalam kesibukan,
sehingga lupa mengajarkan anaknya shalat. Rasulullah saw. bersabda, “Ajarilah
anak-anakmu shalat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka (bila
tidak melaksanakan shalat) pada usia sepuluh tahun.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab
Shalah). Ketahuilah, tidak ada pemberian yang baik dari orang tua kepada
anaknya, selain memberi pendidikan yang baik. Begitu hadits dari Ayyub bin Musa
yang berasal dari ayahnya dan ayahnya mendapat dari kakeknya bahwa Rasulullah
saw. bersabda, “Tak ada yang lebih utama yang diberikan orang tua kepada anaknya
melebihi adab yang baik.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Birr wash Shilah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar