Setiap orangtua ingin memberi perhatian sama besar
kepada anak-anaknya. Niat demikian ternyata tidak selamanya diterima baik oleh
anak dan menilai orangtua pilih kasih. Kebutuhan anak usia 1-6 tahun jelas
berbeda dengan 7-12 tahun dalam berbagai aspek, di antaranya fisik, pola pikir,
emosi, dan sosial. Anak 1-6 tahun secara fisik masih canggung dan belum
sempurna dibandingkan anak 7-12 tahun. Secara pola pikir, anak 1-6 tahun baru
bisa menerima sebuah ide konkrit dan sederhana berbeda dengan anak 7-12 tahun
yang bisa menerima ide rumit dan abstrak. Sebagai contoh, Moms menyuruh mereka
minum susu kepada si kecil, Moms harus mendampinginya, sementara pada anak usia
7-12 tahun, Moms cukup mengingatkannya sambil tetap beraktivitas.
Dari sudut sosial, anak 1-6 tahun
memusatkan perhatian pada diri sendiri sedangkan usia 7-12 tahun sudah lebih
tertarik dengan keadaan di luar diri. Dan dari aspek emosi, anak 1-6 tahun
belum mahir mengontrol emosi, misal mereka cenderung berguling-guling ketika
memaksakan suatu keinginan, berbeda dengan anak 7-12 tahun yang lebih dapat
mengendalikan emosi dan memahami keinginannya. Perbedaan inilah yang kerap
melahirkan perbedaan perlakuan orangtua pada anak.
Masalahnya, anak kerap menilai
tindakan orangtua sebagai pilih kasih. Tak khayal bila akhirnya terjadi
pertengkaran antara kakak dan adik; kakak menilai orangtua membatasi keinginan
dan lebih mementingkan kebutuhan adik.
“Mestinya tidak
seperti ini. Bila kita tahu bahwa apa yang diberikan ke anak berbeda, maka kita
harus berikan cinta yang sama, tapi bentuknya harus dibedakan sesuai
kebutuhan,” kata psikolog.
“Kualitas cinta
sama, tapi bentuk berbeda. Setelah itu, anak akan melihat bahwa orangtuanya
tidak seperti yang ia sangka,” tambah wanita yang lain.
Dan ketika orangtua bekerja hingga
tidak bisa memberikan perhatian penuh, biasanya keluarga melibatkan orang lain
dalam pengasuhan anak. Dan itu menjadikan kasih sayang terhadap anak sangat
kurang.
“Ini uniknya
keluarga Indonesia, kita mengasuh anak biasanya tidak sendirian dan bisa
menambah kebutuhan cinta untuk anak, entah dari mertua, orangtua, bahkan juga
tetangga. Tapi, orangtua tidak boleh menyerahkan anak begitu saja pada orang
lain,”
Orangtua
punya nilai pengasuhan sempurna menurut pandangannya, tapi ditegaskan, saat
pola asuh orang lain dinilai kurang sreg oleh orangtua, ada tindakan bijak yang
bisa diambil.
”Kita
enggak boleh memaksakan bahwa nilai disiplin yang paling benar adalah menurut
nilai kita. Orangtua bekerja harus bijak berpikir bahwa orang lain yang
diserahkan untuk mengasuh anak punya bentuk kedisiplinan seperti yang dia tahu.
Yang penting, kita tahu bahwa dia menyayangi anak kita. Selebihnya, kita
berikan perhatian yang diperlukan anak selepas kita bekerja,”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar