Berkaitan dengan permasalahan yang
sering dihadapi orang tua, yaitu anak susah diatur dan semua keinginannya harus
segera dipenuhi. Hal ini bisa disebabkan karena sifat anak yang keinginannya
ingin segera dipenuhi dan sifat egosentris yang masih mendominasi sehingga
membuat anak menjadi tampak sulit untuk diarahkan.
Akan tetapi, mulai usia 4 tahun,
mereka sudah mulai berpikir akan adanya konsep ataupun hukum sebab-akibat yang
telah dialaminya. Ketika ia melakukan sesuatu yang menyenangkan menurutnya,
namun, pada saat itu, ia dilarang, maka yang terjadi ia akan marah, menolak
jika larangan yang dilakukan padanya tidak disertai dengan alasan-alasan
mengapa ia tidak boleh melakukannya.
Anak sudah mulai bisa merasakan
hukum sebab-akibat, ketika ia melakukan sesuatu dan merasa sakit maka ia tidak
akan mengulangi lagi. Mungkin juga penolakan yang ia lakukan karena ia ingin
merasakan terlebih dahulu sesuatu yang baru bagi dia.
Untuk itu beberapa langkah yang orang tua bisa lakukan
diantarnya adalah:
1. Batasan Perilaku
Perilaku apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan
oleh anak. Apakah anak bisa memenuhi sesuai dengan kemampuannya dan tidak
membatasi keingin tahuan anak untuk mengeksplorasi lingkungannya. Karena dengan
bereksplorasi dia akan belajar untuk mengembangkan kreatifitasnya.
2. Menetapkan toleransi pada anak
Agar anak belajar untuk mematuhi peraturan, terlebih
dahulu anak dijelasakan mengapa ia tidak boleh melakukannya. Atau mengapa ia
harus melakukan sesuatu yang baginya kurang menyenangkan. Kemudian bersama
dengan anak menentukan apakah ia setuju jika melanggar peraturan maka ia
mendapatkan hukuman yang tidak menyenangkan (misalnya tidak dibelikan mainan,
tidak diajak pergi, tidak boleh menonton film kesukaannya, dll). Hindari
bentakan dan hukuman fisik, karena perilaku ini tidak membuat anak jera tetapi
bisa membuat anak semakin ingin melakukan perbuatan yang ia tidak boleh. Tetapi
jika anak diberi penjelasan, pengertian dan sabar menghadapi perilakunya.
Secara perlahan ia akan lebih mudah menerima daripada ia dibentak, dimarahi dan
harus melakukan perbuatan tersebut.
3. Membimbing dan mengarahkan
Pada umumnya orang tua dalam merubah sikap dan
perilaku anak ingin segera baik atau dengan instan anak bisa menjadi lebih
baik. Namun hal ini sangatlah tidak mungkin untuk dilakukan karena perubahan perilaku
anak yang tidak tahu berubah menjadi harus tahu membutuhkan proses mengapa ia
tidak boleh dan latihan untuk merubah perilaku tersebut. Disinilah proses
membimbing dan mengarahkan anak harus selalu dilakukan. Jika kekerasan yang ia
dapatkan maka ia akan belajar dengan kekerasan juga (misalnya: mengatasi
perilaku anak dengan marah maka anak akan meniru dengan marah juga)
4. Berdamai dengan anak
Berdamai yang berperan adalah hati. Jika orang tua
selalu mengingat dan merasakan kesenangan dan kebahagiaan karena ditelah diberi
karunia yang luar biasa yaitu anak-anak yang lucu dan menggemaskan maka akan
lebih mudah untuk menerima segala perilaku anak yang sangat berbeda dengan
orang dewasa. Anak-anak dengan perilakunya yang luar biasa adalah sesuatu pengalaman
yang luar biasa juga bagi orang tua. Untuk itu sebagai orang tua hendaknya bisa
menerima dan berdamai bahwa anak melakukannya karena ia ingin tahu dan ia belum
tahu, sehingga ketika kita mengarahkan akan lebih mudah karena kita
mengarahkannya dengan hati yang tenang, sabar dan berdamai.
Berkaitan dengan perilaku anak yang main tangan jika
anak sedang marah, kemungkinan besar perilaku ini adalah secara tidak langsung
ia peroleh dari lingkungan sekitarnya. Anak sangat mudah sekali untuk meniru,
terutama figur-figur terdekat bagi anak yaitu orang tua atau orang yang
merawatnya selain orang tua. Ketika anak-anak memukul, terlebih dahulu kita
bisa mencari tahu, mengapa anak memukul. Marilah kita amati terlebih dahulu,
mengapa anak demikian:
1. Apakah karena keinginannya yang tidak terpenuhi?
Anak marah, jengkel atau tidak senang karena dilarang
adalah wajar atau normal. Jangankan anak-anak orang dewasapun kadang jika
dilarang juga bisa marah-marah. Untuk itu perlu strategi supaya anak-anak tidak
marah jika dilarang. Misalnya dengan cara berikut ini:
a. Mencari tahu penyebabnya
Jika kita mengetahui si kakak marah-marah dengan
adiknya sampai memukulnya, perlahan-lahan kita dekati dan kita tanyakan “kenapa
kakak tadi memukul adik”. Cobalah untuk tidak segera bertindak dengan memotong
kompas tetapi dengan bertahap kita mencari tahu apa penyebab kemarahannya.
b. Mendengarkan alasan atau keluh kesahnya
Setelah kita mendekati dan berusaha untuk menggalinya
agar anak mau menceritakan alasan kemarahannya selanjutnya adalah mendengarkan.
Dengan mendengarkan anak akan merasa dihargai daripada ia langsung dimarahi
yang mungkin ia tidak salah atau karena ia ingin membela diri ia melakukan
perbuatan yang tidak menyenangkan bagi orang lain. Untuk itu dengarkanlah
terlebih dahulu mengapa “kakak memukul adiknya”
c. Membicarakan bersama dan mencari solusinya
Setelah mengetahui penyebabnya dan mendengarkan alasan
anak langkah selanjutnya adalah mencari penyelesaiannya. Bahwa ketika ia
berbuat sesuatu pasti ada resikonya. “Ketika kakak memukul adik yang dirasakan
adik adalah sakit kemudian adik menangis”. Cara yang dilakukan kakak tidak baik
karena menyakiti adik, coba bagaimana kalau kakak tidak suka dengan perilaku
adik, kakak bicara dulu dengan adik? Bagaimana, kakak senang dan pintar karena
sudah menjaga dan berbagi dengan adik dan adik juga senang dijaga dan tidak
disakiti kakak. Gimana, lain kali kakak mau ya mencoba cara tersebut “. Dengan
mengajaknya berkomunikasi, maka anak akan belajar akan perilaku-perilakunya
yang kurang baik. Dan juga ia akan mendapatkan kepuasan jawaban dari
ketidakbolehannya perilaku tersebut dilakukan.
2. Apakah cara yang anak gunakan sama dengan cara
orang-orang disekitar memperlakukan anak?
Bila anak melihat sosok di sekitarnya yang penuh perlindungan
dan nyaman, maka ia akan merasakan kedamaian tersebut. Cara-cara ia
diperlakukan juga mempengaruhi bagaimana ia belajar berperilaku. Bila ia
diperlakukan denngan kedamaian maka ia akan belajar untuk mengembangkan
kedamaian. Sebaliknya, jika ia diperlakukan dengan emosi, maka ia akan belajar
mengembangkan perilaku emosi dan diperparah, jika ia diperlakukan dengan
kekerasan, maka ia akan belajar juga menghadapi lingkungannya dengan kekerasan.
Dengan demikian orang tua hendaknya harus waspada bagaimana lingkungan dan
orang –orang terdekatnya memperlakukan anak. Karena dari situlah anak akan
belajar.
Demikianlah saran dari kami, semoga dapat mendukung
ibu dalam menangani perilaku anak.
Menurut kami, dalam menangani anak yang terpenting
adalah dengan hati yang senang dan mau berdamai dengan anak. Kemarahan tidak
akan menyelesaikan permasalahan, karena yang dibutuhkan anak adalah kasih
sayang dan cinta kasih.
Kesabaran dan kelembutan akan memudahkan keberhasilan
dalam pembentuka perilaku anak. Dengan memberikan contoh yang baik, maka mereka
secara tidak langsung akan meniru juga periku-perilaku dari orang sekitarnya,
terutama orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar